Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kemudian dianalisis
dengan uji korelasi. Uji korelasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat
apakah terjadi multikolienearitas terhadap variabel yang sedang diuji. Menurut
Hair et al. (2010: 200),
multikolinearitas terjadi dimana sebuah variabel dapat dijelaskan oleh variabel
lain dan memiliki nilai korelasi 0,90. Multikolinearitas dapat terjadi jika
sebuah variabel dapat dijelaskan oleh variabel lain dan memiliki korelasi yang
tinggi.
Dua variabel dikatakan
berkorelasi apabila perubahan dalam satu variabel menyebabkan perubahan pada
variabel lainnya (Lind et al., 2010:
457). Dalam uji korelasi, hal yang perlu diperhatikan adalah koefisien
korelasi. Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui tiga hal, yaitu arah
hubungan, keeratan hubungan, dan hubungan yang signifikan.
Pertama, koefisien
korelasi digunakan untuk mengetahui arah hubungan antar variabel. Koefisien
korelasi berkisar dari -1 hingga +1. Apabila angka korelasi menunjukan angka
-1, berarti terdapat hubungan positif sempurna antar dua variabel. Apabila
angka korelasi menunjukan angka 0, berarti sama sekali tidak terdapat korelasi
antar variabel. Sedangkan apabila angka korelasi menunjukan +1, berarti
terdapat hubungan positif yang sangat kuat antar dua variabel (Lind et al., 2010: 457).
Kedua, koefisien korelasi
digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan. Terdapat lima pedoman yang
menunjukan kuat lemahnya hubungan korelasi antar variabel (Hair et al., 2010: 522). Pertama, koefisien
korelasi antara 0,81 hingga 1,00 berarti hubungan antara dua variabel sangat
kuat. Kedua, koefisien korelasi antara 0,61 hingga 0,80 berarti hubungan antara
dua variabel kuat. Ketiga, koefisien korelasi antara 0,41 hingga 0,60 berarti
hubungan antara dua variabel sedang. Keempat, koefisien korelasi antara 0,21
hingga 0,40 berarti hubungan antara dua variabel lemah. Kelima, koefisien
korelasi antara 0,00 hingga 0,20 menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara dua
variabel tersebut. Berikut merupakan tabel koefisien korelasi (Tabel 3.8).
Koefisien
Korelasi
|
Kuat-lemahnya
Korelasi
|
±0.81
hingga ±1.00
|
Sangat
kuat
|
±0.61
hingga ±0.80
|
Kuat
|
±0.41
hingga ±0.60
|
Sedang
|
±0.21
hingga ±0.40
|
Lemah
|
±0.00
hingga ±0.20
|
Tidak
ada hubungan
|
Tabel 3.8 Koefisien Korelasi
Sumber: Hair et al. (2010: 522)
Ketiga, koefisien korelasi digunakan
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan atau tidak.
Signifikansi korelasi didasarkan pada tanda (*) untuk signifikansi pada level
0,05. Sedangkan untuk signifikansi korelasi pada level 0,01 didasarkan pada
tanda (**). Menurut Taniredja dan Mustafidah (2011: 97), tingkat signifikansi
pada level 0,05 menunjukan peneliti dapat memiliki keyakinan sebesar 95%.
Sedangkan tingkat signifikansi pada level 0,01 menunjukan peneliti dapat
memiliki keyakinan sebesar 99% bahwa terdapat korelasi yang signifikan antar
dua variabel.